“Gula kacang”. Begitulah masyarakat kacang Salatiga menyebut makanan dari bahan gula aren dan kacang tanah ini. Gula kacang (gulcang) adalah salah satu makanan khas asli Salatiga. Dengan rasanya yang sangat manis dan sensasi “kriuk” kacang tanahnya, membuat kita tak kan pernah lupa dengan kota Salatiga. Rasa jahe yang terasa di dalam setiap gigitannya, membuat kita dapat merasakan cita rasa yan berbeda.
PROSES PEMBUATAN GULA KACANG:
v 5 kg gula aren
v 6 kg kacang kering
v 0,25 kg jahe
v Sedikit air
v Wajan tembaga
v Sendok
v Plastik
Cara pembuatan:
1. Gula aren dicairkan selama ±15 menit, sampai mencair.
2. Masukkan jahe yang sudah di tumbuk dan kacang, rebus selama ±30 menit.
3. Masukkan campuran jahe dan kacang yang sudah direbus kedalam gula aren yang sudah mencair, aduk selama ±30 menit hingga kacang, jahe dan gula aren tercampur dengan merata.
4. Kemudain cetak adonan dengan menggunakan sendok.
5. Diamkan adonan selama ±15 menit hingga mengeras.
Gulcang yang sudah dikemas kemudian kemudian dijual di beberapa kios oleh-oleh di Salatiga. Selain itu juga dikirim ke Jakarta, Semarang, dan Bali.
Ibu Simini menjual tiap kgnya seharga 15.000,00 dengan isi berkisar antara32-40 biji gulcang. Ibu Sumini biasa memproduksi gulcang tiap harinya dengan bahan 50 kg kacang tanah dan 40 kg gula aren. Setiap satu adonan (5 kg gula + 6 kg kacang) Ibu Sumini mendapat untung bersih sebesar Rp 10.000,00.
Kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan gulcang ialah di musim penghujan. Musim hujan dapat mempengaruhi kualitas gula aren yang dipakai. Gula aren akan lengket dan menghasilkan gula kacang yang cacat, tidak bagus ataupun berkualitas rendah.
Ibu Sumini membeli gula aren dari Ujung-Ujung, Siharga Rp 9.000,00/kg. Untuk kacang tanahnya dibeli dari Solo, sedangkan jahe dibeli di pasar-pasar Salatiga, tiap kgnya sekitar Rp 12.000,00.
Dengan rasa bangga dan rasa cinta yang mendalam akan kota Salatiga, Ibu Sumini tetap melestarikan gulcang hingga bisa dikenal oleh penduduk-penduduk lain di luar Salatiga. Meskipun dalam produksinya masih menggunakan tenaga manusia (manual), Ibu Sumini tetap semangat dan tiada lelah untuk untuk menghasilkan gulcang yang enak dan berkualitas tinggi.
“ Sebuah warisan budaya takkan pernah lekang oleh waktu jika ada usaha sungguh untuk melestarikannya”
(AGPPT)
(AGPPT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar